www.jokorowotlogorejo.com | Judul diatas adalah pandangan bagi orang-orang yang belum melek. Orang yang terus-menerus merasa cemas bagaimana mendapatkan
uang sehingga dilakukan dengan menempuh cara apapun. Ini berarti dia hanya menggunakan
cara pandang dunia, cara pandang mata manusia, dan melupakan akhirat, melupakan
cara pandang Tuhan.
Beberapa hari yang lalu aku
mengalami kejadian lucu. Sebuah penipuan kecil. Penipuan kok lucu? Ya, karena
jumlahnya yang tidak seberapa, hanya uang sejumlah dua belas ribu rupiah. Uang
segitu mungkin hanya cukup untuk makan satu kali di warung sederhana. Beda
cerita lagi kalau yang hilang sampai ratusan ribu atau juta;an, itu baru nggak
ada lucu-nya sama sekali, hehe
Bermula sekitar jam sebelas pagi
tiba-tiba ada seorang ibu-ibu setengah baya di depan kantor setengah berteriak
mengucapkan salam. Setelah kutemui dia bercerita kalau baru saja menyerempet
seorang anak dengan motornya. Kemudian dia bilang mau pinjam uang, soalnya uang
yang dia bawa kurang untuk ganti rugi. Katanya akan dikembalikan segera setelah
dia pulang ke rumah untuk mengambil uang.
otak yang lagi lemot, aku sama sekali tidak menaruh curiga.
Aku mengiyakan saja dan bergegas mengambil uang. Baru setelah teman kerjaku tanya,
apa mau dikasih padahal nggak kenal? Kasih lima ribu saja, sarannya. Aku baru
mikir, iya ya; jangan-jangan penipu. Tapi alih-alih merasa marah karena hendak
ditipu, aku justru merasa kasihan. Eh, ini aneh juga ya, mau ditipu tapi malah
merasa kasihan pada yang akan menipu. Jangan-jangan, otakku perlu direparasi,
hehe; Akhirnya tetap kuberikan padanya uang sejumlah yang dia minta, dua belas
ribu rupiah. Sambil tetap berharap semoga kecurigaanku salah. Semoga wanita ini
memang jujur, dan benar-benar membutuhkan pertolongan.
Kemudian ternyata sampai sore aku
pulang kerja, wanita itu sama sekali tidak kembali. Namun aku sama sekali tidak
merasakan penyesalan. Justru membuatku kembali berpikir, apakah wanita itu
memang benar-benar kepepet sehingga menggunakan cara seperti itu? Tidak adakah
sama sekali cara lain yang baik untuk mendapatkan uang? Padahal melihat dari
penampilannya, dia tidak seperti orang yang kekurangan. Apalagi dia membawa
motor. Ah, entahlah; yang jelas aku yakin Tuhan tidak akan pernah salah
mendistribusikan rejeki.
Aku percaya, apapun yang diambil
orang dari kita, jika memang itu hak kita, akan dikembalikan Tuhan dengan cara
lain yang tidak kita duga-duga. Bahkan dengan cara yang tidak kita sadari.
Apalagi rejeki yang sebenarnya tidak hanya dalam bentuk uang saja.
Makanya, aku sama sekali tidak
memahami jalan pikiran para koruptor pemakan uang Negara yang selalu menghiasi
layar kaca. Untuk apa dipandang terhormat dimata manusia karena berlimpah harta
namun rendah di mata Tuhan yang Maha Kuasa? Bukankah orang hidup itu intinya
adalah Inna lillahi wa inna ilaihi raji;un? kepadaNya lah kita nanti akan
kembali. Kita tidak bisa lari dan mengelak. Mencari dunia itu baik asalkan
dengan cara yang baik, dan mempergunakannya dengan baik dan bijak pula. Maka
tidak perlulah kemrungsung akan
dunia. Yang paling utama Allah selalu meridhoi segala langkah kita. Itu sudah
cukup.
uang sehingga dilakukan dengan menempuh cara apapun. Ini berarti dia hanya menggunakan
cara pandang dunia, cara pandang mata manusia, dan melupakan akhirat, melupakan
cara pandang Tuhan.
Beberapa hari yang lalu aku
mengalami kejadian lucu. Sebuah penipuan kecil. Penipuan kok lucu? Ya, karena
jumlahnya yang tidak seberapa, hanya uang sejumlah dua belas ribu rupiah. Uang
segitu mungkin hanya cukup untuk makan satu kali di warung sederhana. Beda
cerita lagi kalau yang hilang sampai ratusan ribu atau juta;an, itu baru nggak
ada lucu-nya sama sekali, hehe
Bermula sekitar jam sebelas pagi
tiba-tiba ada seorang ibu-ibu setengah baya di depan kantor setengah berteriak
mengucapkan salam. Setelah kutemui dia bercerita kalau baru saja menyerempet
seorang anak dengan motornya. Kemudian dia bilang mau pinjam uang, soalnya uang
yang dia bawa kurang untuk ganti rugi. Katanya akan dikembalikan segera setelah
dia pulang ke rumah untuk mengambil uang.
otak yang lagi lemot, aku sama sekali tidak menaruh curiga.
Aku mengiyakan saja dan bergegas mengambil uang. Baru setelah teman kerjaku tanya,
apa mau dikasih padahal nggak kenal? Kasih lima ribu saja, sarannya. Aku baru
mikir, iya ya; jangan-jangan penipu. Tapi alih-alih merasa marah karena hendak
ditipu, aku justru merasa kasihan. Eh, ini aneh juga ya, mau ditipu tapi malah
merasa kasihan pada yang akan menipu. Jangan-jangan, otakku perlu direparasi,
hehe; Akhirnya tetap kuberikan padanya uang sejumlah yang dia minta, dua belas
ribu rupiah. Sambil tetap berharap semoga kecurigaanku salah. Semoga wanita ini
memang jujur, dan benar-benar membutuhkan pertolongan.
Kemudian ternyata sampai sore aku
pulang kerja, wanita itu sama sekali tidak kembali. Namun aku sama sekali tidak
merasakan penyesalan. Justru membuatku kembali berpikir, apakah wanita itu
memang benar-benar kepepet sehingga menggunakan cara seperti itu? Tidak adakah
sama sekali cara lain yang baik untuk mendapatkan uang? Padahal melihat dari
penampilannya, dia tidak seperti orang yang kekurangan. Apalagi dia membawa
motor. Ah, entahlah; yang jelas aku yakin Tuhan tidak akan pernah salah
mendistribusikan rejeki.
Aku percaya, apapun yang diambil
orang dari kita, jika memang itu hak kita, akan dikembalikan Tuhan dengan cara
lain yang tidak kita duga-duga. Bahkan dengan cara yang tidak kita sadari.
Apalagi rejeki yang sebenarnya tidak hanya dalam bentuk uang saja.
Makanya, aku sama sekali tidak
memahami jalan pikiran para koruptor pemakan uang Negara yang selalu menghiasi
layar kaca. Untuk apa dipandang terhormat dimata manusia karena berlimpah harta
namun rendah di mata Tuhan yang Maha Kuasa? Bukankah orang hidup itu intinya
adalah Inna lillahi wa inna ilaihi raji;un? kepadaNya lah kita nanti akan
kembali. Kita tidak bisa lari dan mengelak. Mencari dunia itu baik asalkan
dengan cara yang baik, dan mempergunakannya dengan baik dan bijak pula. Maka
tidak perlulah kemrungsung akan
dunia. Yang paling utama Allah selalu meridhoi segala langkah kita. Itu sudah
cukup.